top of page

The Day When I Forgot That You Existed


Gelak tawa terus keluar sembari kami berjalan menyusuri hall dari mall di bilangan Senayan.

Sungguh, hal yang paling menyenangkan selain menghabiskan waktu dengan Ais atau keluarga adalah dengan mereka. Kenalin, ini Jojo & Charles.

Kalau ada orang bilang cewek nggak bisa sahabatan sama cowok tanpa jatuh cinta, kami akan menjadi orang pertama yang bilang itu salah!

Pertemuan gue dan kedua orang yang sehari-harinya cuma mentertawai kehidupan aja ini gapernah rutin, terprediksi, atau terencana dengan baik.

Kaya hari itu salah satunya. Gue berniat cuma nanya kabar Jojo aja sampai akhirnya Jojo malah ngajakin ketemu pas banget Charles lagi nemenin pacarnya nge-MC. Akhirnya hari minggu itu kita habiskan bersama.

Bersama Jojo & Charles, gue bisa ngomong apa aja. Hal yang gue resahkan dan juga hal tak senonoh yang harusnya nggak bisa dibicarakan antara laki-laki dan perempuan begitu saja.

They basically know everything you think they don’t know about.

Satu yang membuat gue merasa sangat belongs di antara mereka, karena mereka selalu punya persepsi yang berbeda sama gue sehingga membantu gue menurunkan ego dan memberi perspektif baru.

Dalam ungkapan singkat, kami selalu berdebat.

Hal itu terjadi lagi ketika kami tengah makan malam di restoran Jepang.

Diskusi dimulai dengan kisah dramatis yang terjadi di hidup gue akhir-akhir ini hingga ke persiapan pernikahan Charles.

Menyenangkan melihat mereka masih super emosional tiap gue melakukan sesuatu yang nggak masuk logika mereka. Menyambungkan tiap problematika lama yang selalu saling bersangkutan hingga masalah saat ini.

“Masih mikir semuanya baik baik aja?” Tanya Charles memulai sarkasmenya.

”That jerk mentally sick af.” Ujar Jojo singkat tanpa melepas pandangannya mengikuti tangannya bergerak mengatur color foto di ponselnya.

“Sekarang gue bisa melihat apa yang salah, sama ketika orang lain dulu melihat gue, meminta gue untuk keluar dari lingkar itu. Dulu gue sebuta itu, sekarang gue mengerti maksutnya. Akar masalah itu akan selalu ada di sana." Kesimpulan gue menutup cerita yang membuat gue banyak belajar.

Charles dan Jojo terus mengingatkan betapa pentingnya gue untuk berpikir sebelum bertindak, untuk selalu hati-hati dan cerdik melihat perspektif lain.

Menurut candanya Jojo, gue tampak lebih gendut. Gue menyetujui dan bilang mungkin karena memang semuanya tampak membahagiakan untuk gue.

Hidup gue sekarang tampak jauh lebih bersih dari pengaruh buruk, yang gue sendiri masih terus akan meng-improve part ini.

Bahagia karena gue nggak perlu concern sama banyak hal di hidup gue.

Bahagia karena banyak orang yang lebih menghargai gue dan nggak terlalu ikut campur sama keputusan-keputusan gue.

Yang paling penting, karena gue nggak perlu harus berakhir di akhir minggu menyadari bahwa orang paling gue percaya punya sejuta kebohongan dan kemunafikan in which I have to dealt with.

Malam itu rasanya benar-benar menyadarkan gue betapa gue saat ini berada di posisi yang jauh berbeda daripada gue tahun lalu. Rasanya seperti jiwa yang lama di sudut, hidup kembali.

Kami menutup malam dengan menyusuri tiap sudut mall, menjadikan semua hal tentang kami bahan bercandaan.

Sampai kami berhenti bertemu dengan senior kami dulu semasa di klub kampus. Ka Tony.

Sosok yang sebenernya erat dengan apa yang terjadi dengan kehidupan gue beberapa tahun lalu berikut juga orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Nada dan permainan kalimat tingginya membuat gue tersenyum asam, membawa semua memori kehidupan dan lingkungan yang dulu pernah ada di sekitar gue yang gue harap nggak akan pernah datang lagi.

"Aku kira masih sama ka Windri loh." Ujar gue saat kami tengah mendiskusikan pasangan Ka Tony saat itu.

"Ih udah lama banget itumah." Jawabnya.

"Loh katanya balikan?" Tanya gue lagi mengingat informasi yang kudapatkan beberapa waktu lalu.

"Kata siapa?"

"Eh siapa ya yang kemaren ngasih tau?" Mata gue memutar untuk berpikir dari siapa informasi itu gue dapetin. Tiba-tiba langsung terngiang namanya, nama yang udah lama nggak pernah hadir di otak gue untuk gue pikirkan karena emang nggak ada sebersit hal pun gue pikirin tentang dia.

Lalu gue tersenyum kecil menyadarinya. Lucu ya, mungkin ada nama yang dulu selalu menjadi nomor satu tapi hanya karena kelalaian dan keegoisan sikap orang mampu meruntuhkan semua memori baik yang sudah terekam dalam otak. Alhasil, jangankan pernah mampir di otak, gue saja hampir lupa bahwa dia pernah ada.

"Dari siapa cha?" Tanya Charles membuyarkan lamunan gue.

"Ohhhh itumah jalan bareng aja." Jawab Ka Tony ketika mendengar nama yang gue sebut.

Lalu kami berpisah, tidak ada yang mempertanyakan bagaimana gue bisa mendapatkan informasi dari orang itu, apakah masih berhubungan, apa kabarnya, tidak ada.

Rasanya semua orang di dunia ini juga sudah lenyap akan memori soal apa yang terjadi dahulu dan gue semakin tersenyum puas bahwa jangankan gue, dunia pun nggak cukup peduli untuk membawa memori ini ke dalam sebuah percakapan.

Menembus malam dan kemacetan Jakarta gue melihat jalanan keluar, gue ketawa di dalam hati.

It's so funny how a month ago there's still some people think I'm still obsessed with a guy whom in fact I forgot this person has existed tonight.

"Cha, keep someone who valued you the most, who put you first over their ego, who never take you for granted, who never lied to you, who never asked their exes to lied to you just to cover their bullshit. Because, once a lie cover a thing, another lies will live. And once you found that type of guy around you, leave him. Since he brings nothing but toxic to your life. And don't forget, use your brain and logic wisely, because logic accuracy kills stupidity and thousand bullshits." Someone beside me said and I smiled.

Girl, it's your turn.

Salam Hombimba,

Graisa

xoxo

bottom of page