top of page

Review: I Heart New York by Lindsey Kelk


I HEART NEW YORK | 7/10

Lindsey Kelk

Harper

2009

 

Apa yang bakal kamu lakuin kalau nemuin pacar selama 10 tahun terakhir selingkuh dan bercumbu sama selingkuhannya di hari pernikahan sahabat kamu, dan lebih parahnya lagi mengetahui kalau sahabat kamu selama ini tau soal perselingkuhan itu dan nggak kasih tau kamu?! Bunuh diri? Well, nggak buat Angela.


Angela Clarks, penulis asal London memutuskan untuk membeli one way tiket ke New York tanpa pikir panjang. Yang ada di pikirannya hanya melupakan sosok Mark, sahabatnya yang berkhianat dan semua memori London malam itu.

Sebagai first time New Yorker, Angie yang clueless kemudian bertemu Jenny Lopez - resepsionis yang lalu menjadi teman barunya. Jenny sukses mengubah penampilan Angie dan membuatnya lebih percaya diri untuk memulai hidup kembali.


Petualangan hidup Angela kembali dimulai ketika ia mengencani dua orang di saat yang bersamaan. Alex, vokalis band rock yang selalu menyuguhkan kehidupan yang berwarna, hipster, dan fun dengan sensasi Brooklyn. Serta Tyler, wallstreet's banker yang selalu memperlakukannya bak princess, menawarinya kehidupan glamor ala Upper East Side.

Mengira bahwa apa yang dijalaninya adalah just for fun, tak disangka Angela mulai merasa peduli kepada kedua pria yang dikencaninya.


Namun, memilih satu diantara keduanya tidak semudah itu. Apalagi ketika ia memutuskan untuk menuangkan kisah mengencani dua pria dalam satu waktu untuk suatu majalah online yang kemudian membesarkan namanya. Jelas memutuskan untuk mengakhiri kehidupan percintaan, harus siap resiko untuk kehilangan cerita baru.

Sayangnya, kebimbangan Angie tidak berhenti sampai disitu. Kesuksesannya dalam menulis membawanya ditawarkan kesempatan karir lebih besar, namun berlokasi di London yang berarti ia harus siap meninggalkan New York.


Pertanyaan tentang apa yang sedang dilakukannya, apa hasil akhir yang dia cari dari semua ini, dan apa yang sebenarnya diinginkannya mulai menjadi pertanyaan dalam perang batinnya.

Londoners Angela menghadapi Big Apple, berpetualang mencari jati dirinya, mencoba menemukan apakah cintanya kepada New York hanya sebatas pelarian dari masalah atau justru rumah barunya.

Banyak yang bilang buku ini cocok bagi mereka pengagum Sex and The City. Bagaimana kombinasi cinta, karir, dan keindahan New York bersatu. Tapi menurut gue ini lebih ke modern fairytale. Menawarkan kisah unrealistic yang dibalut seakan-akan semua orang bisa merasakannya. Semakin gue baca, gue semakin merasa bahwa keajaiban yang ditawarkan buku ini tidak real dan karakter New York yang ditawarkan agak berbeda.


Bayangkan Angela, seorang penulis, bisa membeli tiket New York di hari yang sama berangkat hari itu juga. Sebagai seorang turis yang datang jauh dari London baru pertama kali menginjakkan kakinya di New York. Tanpa kebingungan, ia kemudian berteman - yang lalu menjadi "bestfriend for ever" - dengan resepsionis tepat di hari kedua. New York yang selama ini digambarkan penuh dengan kesibukkan dan kental dengan individualis menawarkan pribadi Real New Yorker yang sangat peduli?

Di hari ketiganya dia sudah membeli tas mahal, mengencani 2 cowok yang ditemuinya di club dan coffee shop, dan seakan-akan tau setiap area di New York. Belum lagi dengan betapa beruntungnya dia sudah mendapatkan pekerjaan di hari ke lima. Dalam seminggu, dia sudah memiliki kehidupan yang lengkap. Kerja, teman, dan cinta?


Gue mungkin senang bagaimana Kelk tidak terlalu fokus menceritakan environment yang ada di New York, nggak begitu fokus menceritakan visual, ikon, atau apapun yang selalu di jual ketika menggambarkan New York. Tapi sayangnya Kelk pun nggak menjelaskan bagiamana Angie asing melihat New York, tidak ada culture shock, seakan-akan Angela sudah pernah kesana, mengerti menggunakan transportasi, tidak pernah nyasar, dan kehidupan tidak berbeda seperti di London. Which is not make any sense at all.

Rangkaian ceritanya memang terbilang cheezy dan super predictable, tapi nggak bisa dipungkiri bahwa scene-scene yang dibuat oleh Kelk cukup menarik dan percakapannya nggak jarang ngundang gue gak malu buat senyum di busway bacanya. Walaupun kadang senyumnya entah karena emang lucu atau gue ngerasa "YA KELEUS DAH"


Tapi yang paling penting, walaupun gue udah tau akan berakhir seperti apa, gue tetep mau baca.

Secara garis besar premis yang ditawarkan novel ini terlihat simple, perjuangan move on dengan mengencani dua orang tapi lalu jatuh cinta dengan keduanya kemudian bimbang harus memilih yang mana satu diantaranya. Tapi, kalau kembali di teliti, buku ini ingin menyampaikan bagaimana New York menawarkan cerita hidup yang berbeda dengan apa yang telah dijalani seseorang.


Meskipun awalnya Kelk menjanjikan keindahan dan keramahan New York, tapi turned out menjelang akhir Kelk juga berusaha menyadari bahwa apa yang terlihat di New York nggak selalu literal apa yang tampak terlihat. New York memaksa siapapun yang menginjakkan kakinya di sana untuk menjadi dewasa, dan menanggung resiko apa yang dipilihnya. Karena pada akhirnya, lo hanya akan berdiri di kaki lo sendiri.

Gue cukup tertarik dengan pemilihan ending di mana akhirnya cerita berfokus bagaimana Angela memilih untuk mengambil waktu untuk figure out dan stand by her career, because she knows that's most important of all. Ini penting untuk ngajarin ke anak anak remaja bahwa hidup nggak soal tentang cinta, bahwa kadang lo butuh waktu sendiri untuk menentukan apa yang benar-benar lo mau.

Kesuksesan novel ini diiringi Kelk dengan merilis novel-novel berikutnya yang berputar di lingkup Angela's Universe.

 



bottom of page