top of page

Review LA LA LAND: To the Fools Who Dream


"The most stunning movie I've ever seen! Klasik tapi catchy!"

 

LA LA LAND (2017) | 9.5/10

Directed & Written : Damien Chazelle

Produced : Fred Berger, Gary Gilbert, Jordan Horowitz, Marc Platt

Starred : Ryan Gosling, Emma Stone, John Legend

Mia (Emma Stone), seorang barista di kawasan studio film Los Angeles yang berambisi menjadi artis. Setelah mencoba bermacam peran dalam audisi, monolog di sebuah klub kecil, bahkan datang ke acara besar hollywood, karir artisnya masih belum menemukan titik terang.

Sebastian (Ryan Gosling), pianis yang menjunjung tinggi elegansi musik jazz. Tangannya terus memainkan alunan jazz "murni" yang membuatnya harus kehilangan pekerjaan. Baginya, salah satu hal untuk mempertahankan musik jazz adalah membuat klub sendiri di mana setiap orang dapat memainkan musik jazz yang "murni". Masalahnya, ia sendiri pun memiliki krisis finansial dalam hidupnya.

Dipertemukan pertama kali dalam sebuah kemacetan, keduanya kerap bertemu di kesempatan tak terduga. Dalam setiap pertempuan keduanya tidak ragu menceritakan mimpi dan mendukung impian satu sama lain. Perjalanan keduanya manis sampai Sebastian memutuskan untuk mengalihkan mimpinya dengan meruntuhkan idealisnya demi bisa menjadi pasangan yang "ia pikir" akan lebih baik untuk Mia.

Pekerjaan yang Sebastian lakukan nyatanya menjadi bumerang untuk hubungannya dengan Mia. Di titik terendah Mia yang mulai kusut dengan harapannya mendapatkan peran pada semua play dan kehilangan sosok Sebastian si pemimpi. Mia mulai menganggap bahwa mimpi - mimpi mereka tidak akan bisa menjadi nyata, dan kembali ke kota asalnya.

http://www.indiewire.com/2016/12/la-la-land-oscars-emma-stone-damien-chazelle-interview-video-1201752529/

Film ini pertama kali dikasih tau sama mantan gue, waktu pertama kali liat posternya udah tau bahwa film ini akan manis banget. Mengambil latar belakang kehidupan Los Angeles, di mana (yang juga selalu gue dengar) bahwa ini adalah kota dengan jutaan pemimpi. Banyak banget orang ambisius yang berjuang mati - matian supaya dapetin apa yang dia impikan di kota ini. Especially, in the entertainment world. Dengan menggunakan pergantian musim sebagai alur waktu, film ini mengangkat sensasi Los Angeles secara manis.

Menurut gue, yang membuat film ini menjadi sempurna adalah kerjasama setiap departemen yang baik.

Pertama, jelas dari sudut pandang sutradaranya. Damien Chazelle, si cinta pertama gue dengan seorang sutradara. Damien yang kayaknya passionate banget sama industri musik, setelah Whiplash dan drumnya, sekarang La La Land dengan jazz-nya. Film ini kayaknya emang mau banget nyuapin ilmu jazz ke penontonnya makanya nggak heran kalau si Ryan Gosling bakal ngoceh tentang sejarah jazz, pemain jazz, sampai fenomena jazz sekarang. Tenang aja nggak bakal boring, karena Damien menulis dengan sempurna lewat line-line komedi yang dilontarkan dan dibawakan lebih sempurna lagi oleh Gosling. Menariknya, idealisnya ini diterapkan ke departemen - departemen lainnya. Kedua, Damien semakin menyempurnakan filmnya dengan memilih rekannya, Justin Huwitz, sebagai pembuat original soundtrack! Yash, seru banget ya udah lama nggak nonton film drama dengan original soundtrack! Katanya Damien bersikukuh mau pake original soundtrack nggak mau pake lagu yang udah ada. Dan, subhannallah lagunya Justin sempurna semua. Semua lagunya membawa semangat, manis, dan dramatis. Pilihan lagu baru untuk di wedding, kayaknya gue nikah nanti mau pake lagu ini deh. Rekomendasi lagu : Another Day of Sun, Someone in The Crowd, A Lovely Night, The Fools Who Dream, Epilogue.

http://www.indiewire.com/2016/12/la-la-land-oscars-emma-stone-damien-chazelle-interview-video-1201752529/

Ketiga, dari koreografi, segi artistik, pemilihan tempat, dan pemilihan kostum sih oke banget parah. Gue sendiri bingung menjelaskan sebenarnya mereka itu ada di latar belakang tahun berapa. Ini kembali dengan misi Damien yang pengen film ini menjadi drama musikal dengan segala sisi artistiknya ala film tahun 20-30ish.


Pemilihan wadrobe Ryan Gosling yang punya "Sebastian's style" banget, sepatunya yang nggak pernah ganti nunjukin kesetiaan dia sama kaya setianya dengan musik jazz. Pemilihan tempat di planetarium dan Griffith Park (yang nyatanya nggak pake efek, tapi emang ngambil waktu pas sunrise NYATA), OMG!. Yang penting juga adalah perpaduan warna yang diciptakan antara latar belakang, kostum, dan colouring film itu sendiri rasanya catchy banget di mata! Bahkan Stone dan Gosling sendiri ngaku tempat - tempat mereka buat syuting tempat yang belum pernah mereka temuin sebelumnya walaupun Los Angeles adalah kota sebagai gudang spot syuting film hollywood.


Keempat, dan yang paling penting adalah ciri khas. Entah sengaja atau nggak film ini nge-branding dirinya abis - abisan. The Best From The Film : Lagu - lagunya, intro soundtracknya. Dengan sekali denger orang bisa langsung ngomong "Ih lagu La La Land" karena lagunya emang se-original itu! // Scene ketika dansa di Planetarium tanpa gravitasi, persis yang ditunjukin di Golden Globe's opening. Ketika ngeliat tampilan scene itu orang bisa langsung ngomogn "Itu La La Land banget". // Closingnya. Closingnya adalah favorit gue. All the time. Punya closing yang sangat memorable dan menyentuh yaitu recap semua kisah dari awal sampai akhir dengan sudut pandang yang berbeda. Closing yang nggak sesuai sama penonton harapkan, tapi bikin orang terus inget sama caranya menyampaikan. Siapa yang punya pikiran kaya gini dan terealisasi? Cuma Damien. Ya Damien yang umurnya masih 30an. Ya Allah mas, nggak mau nikahin aku aja?

http://www.indiewire.com/2016/12/la-la-land-oscars-emma-stone-damien-chazelle-interview-video-1201752529/


Damien juga agak strict dengan pengambilan gambarnya, katanya sih alasannya dia pengen straight sama idealisnya yang pengen banget ala 30s-an, kebanyakan sinematografinya diambil cuma 2 cara, one take shot atau pan dari kiri ke kanan. Tiap ganti scene, gue sampe bisa nebak arah kameranya kemana. Di sisi lain, ini juga nunjukin kemahiran pemainnya. Karena mereka tetep totalitas dalam one take pengambilan gambar.

Yang membuat film ini lebih menarik lagi adalah karena film ini punya identitas. Film yang tau siapa targetnya. Film yang bisa dengan mudah orang bilang "film ini gue banget." atau "film ini pas banget buat dia, cocok banget".

Trailer film ini berhasil membuat penonton membuat cerita sendiri dalam benaknya. Sayangnya, semua rangkaian cerita yang sudah dibayangkan penonton akan terpatahkan begitu nonton filmnya karena nyatanya diputar balik cerita yang udah dibangun di trailer. Suka banget deh ketika gue ngerasa "wii ini ada di trailer, abis A pasti B" eh ternyata enggak :'D

Film yang worth it ditonton berkali - kali.

I love this movie because it's not just about love story.

Ketika orang tanya, apakah mimpi ini tentang hubungan percintaan? Hm enggak juga. Karena Damien bodo amat dengan pelanggaran cerita cinta nggak masuk akal disini.

Kaya misalnya ketemu terus secara ga sengaja, nggak ada hubungan make out khusus atau sex scene, kalimat putus yang nggak manis, hubungan yang akhirnya nggak diharapkan.

Damien bodo amat.

Because it's about a dreamer who reached their dreams!

Ngeliat di Indonesia lagi banyak masalah politik dan sosial akhir - akhir ini, nonton ini menjadi salah satu pilihan yang tepat.

Mengingatkan kembali bahwa kita punya mimpi yang perlu dikerjakan dan perlu dicapai daripada ngeributin hal nggak penting.

Musik dan kemanisan yang ditawarkan seakan menjadi penawar otak dari masalah yang kecanduan hal hal yang diprovokasi. Lumayan.

Nggak akan ada habisnya ngomongin film ini.

I love this movie so much, because I found reflection of myself on Damien's point of view.

We have the same mission.

We want people to keep dreaming.

As fool as they might seems.

Just keep doing it, keep working for it.

Because, one day you'll find yourself get what people think you can't get.

Salam Hombimba,

Graisa S

xoxo

bottom of page