top of page

Hi, how are you? Btw, have I told you that I Got Engaged?

  • Writer: Graisa S
    Graisa S
  • Jul 19
  • 5 min read

Aku memandangi layar pesan di room chat dengan Andhika dengan banyak sticker Dino kuning yang orang bilang namanya Nailong padahal menurutku tetap -- Dino.

 

Rasanya masih sama: senang, hangat, bersyukur -- seperti tidak ada habisnya.

 

Rasa yang sama sejak 2 tahun lalu. Hingga hari ini tidak pernah ada rasa bosan atau bahkan mempertanyakan apa yang bisa memberhentikan hubungan ini.

 

Selalu terasa cukup.

 

Rasa konsisten yang selalu ada sehingga akupun tidak pernah benar benar mengingat satu turning point yang membuatku berpikir "he's the one"

 

He’s always been the one, since day one.

Oh! Aku udah lama banget nggak nulis sampai belum cerita tentang siapa Andhika!

OMG, hampir setahun terakhir aku memutuskan untuk nggak ngelanjutin 9 ceritaku gara gara berantem sama si Andhika ini.

 

Oke, sini sini mari aku ceritakan sedikit - btw, I hope you are guys doing fine wherever you are!

 

Juni 2023


Dito, salah satu tim riset yang duduk di belakang meja kerjaku tiba tiba mengirimkan request untuk berteman dan DM di sabtu malam.

 

“Mau gue kenalin nggak sama temen gue?” Tertulis di pesan singkat itu. Sepertinya dia jengah mendegarku dan teman-teman ciwik satu timnya bercandaan soal ketertarikanku dengan laki-laki non muslim, “tapi islam” lanjutnya lagi yang bikin tawaku lebih meledak.

 

Singkat cerita, aku dikenalkan dengan Andhika, teman dekat Dito dari kantor sebelumnya yang selalu menjadi third-wheeler Dito dan pacarnya (yang sekarang jadi istrinya), Jane.


ree

 

Dari foto yang dikirim sama Dito aku langsung tertarik, alasannya sederhana: karena pakai kacamata.

 

Setelah melewati obrolan sana sini dan juga dighosting karena energinya habis, akhirnya kami memutuskan bertemu. Bertemu untuk sama-sama menonton hal yang kami sukai, StandUp Comedy Festival.

 

Dulu susah untuk aku nemu orang yang bener bener bisa diajak nonton standup, yang ngerti sama hiruk pikuk industrinya, dan jokes komunitasnya yang kadang suka subjektif dan eksklusif. Sejak 2010 aku selalu berganti ganti teman menonton, tapi kemudian sekarang menemukan orang yang bahkan komika favoritnya adalah Abe, rasanya seperti “oh! one of a kind!”

 

Sebagaimana namanya, festival berjalan bukan hanya satu hari tetapi 3 hari. Ya, kencan pertama kali dengan menghabiskan waktu bersama 3 hari berturut turut.

 

Hari pertama terasa natural, Andhika effortlessly being such a gentleman. Kami berkenalan di sebuah restoran, bertukar tiket, mengobrol singkat, bertemu di Tennis Indoor Senayan, menonton dengan kursi terpisah karena terhalang kerjaan, berjanjian untuk bertemu setelah acara, melihat sekilas penampilan ERK, memutuskan untuk makan sate taichan, pulang masing-masing.

 

Hari kedua sebenarnya Andhika tidak berencana datang karena harus menyelesaikan kerjaannya di area Cilandak, tapi yang aku tau setelahnya dia hadir sehabis Maghrib dan di hari kedua ini akhirnya kami menonton bersama untuk pertama kalinya. Makan McD setelahnya, dan dia memastikan aku pulang naik taksi safe and sound.

 

Hari ketiga, Andhika menawarkan untuk menjemput ke rumah, menonton dari awal hingga akhir bersama, makan dimsum, lalu mengantar ke rumah.


Semua terjadi cepat, meyenangkan, dan tidak terlupakan.

Kalau bisa dideskripsiin, 3 hari ini menggambarkan bagaimana Andhika membangun hubungan:

Sederhana, pelan pelan tapi progressive.

 

Yang ku ingat di akhir malam itu adalah aku mengirim pesan ke sahabat kecilku, Catra, “lo inget my dream first date? I think I just unlocked it”


Oh dan ternyata Andhika makan babi karena gak sadar, emang Dito being Dito aja.

 

ree

 

Aug 2023-Nov 2024


Berbunga-bunga, dibawa ke banyak konser berbeda, mengirimkan pov sepatu tiap harinya, mendengarkan playlist musik di jalan bersama, menonton pertunjukkan berirama, mengobrol buku yang disuka, mendengarkan podcast menyusuri malam, tertidur di mobilnya, gentian menyetir dan membiarkannya terlelap sementara.

 

Melewatkan banyak diskusi, tukar pikiran yang substansial, melawan masalah bersama, dijemput di kampus Depok tiap sabtu, diantar ke bandara internasional tiap minggu, menghampiri kantor Senayan, melewati interview berbeda beda dengannya.

 

Rasanya menunggu setiap akhir pekannya.

 

Semua terasa natural, tidak makan hati, tidak merasa direndahkan, tidak pernah merasa kurang.

 

Sejak awal, aku menolak semua diskusi soal pernikahan atau masa depan kalau belum ada proposal darinya. Dia tau itu.

 

Lewat dari 1.5 tahun hubungan bersama, berbagai malam pertunjukkan dan festival sudah selesai di pneghujung tahun, sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk bisa dipropose di depan lagu The Adams, sempat kecewa awalnya.

 

“Aku akan propose tapi dengan caraku sendiri ya” Katanya di suatu waktu, kuiyakan.


ree

 

Lalu malam itu datang.

 

Hari itu kami menghabiskan weekend dengan menyelesaikan kerjaan bersama.

 

Waktunya pulang. Andhika pamit ke ayah.

 

Dia sempatkan duduk lagi di sofa ruang tamu. Tapi sedetik kemudian berkata “udah ah aku pulang”.

 

Lalu kuantar ke depan rumah, sembari menunggunya pakai sepatu --  seperti biasanya.

 

Tanpa memperhatikan apa yang dia lakukan “Lihat aku punya apa” katanya dari kursi sebelah yang tidak tercapture baik dengan sudut mataku.

 

Dia mengeluarkan kotak kecil berwarna biru dongker. Toko hasil diskusinya dengan orang yang dia percaya. 

 

“Hehehe, mau gak kamu nikah sama aku?”

 

Panik. Salting. Kaget. Ketawa.


"Kamu nggak boleh protes, kamu bilang aku boleh pake caraku sendiri, aku memilih di depan rumah kamu"


"haha kenapa?"

"Karena ada cctv jadi nggak perlu ada dokumentasi"


"Yah cctvnya lagi nggak bisa ngerekam"


"...."


"Jawab dulu, kamu mau tidak menikah denganku"


"Mau.."

"Yeay" sahut kami bersama


ree

 

Seminggu kemudian Andhika siap bertemu ayah, sembari menunggu ayah pulang dari masjid dalam genggamannya dia menuliskan keypoints dan guideline omongan sepanjang A4.

 

Hal yang selalu ia siapkan sebelum presentasi. Memastikan semuanya sudah tercover, ayah hadir, aku naik ke atas bertemu kakak yang hadir beberapa menit sebelumnya untuk mencuri dengar proposal Andhika dari lantai atas dalam diam.

 

Andhika memulai obrolan bersama ayah dan ibu, bertiga saja di lantai satu, menghabiskan waktu 20 menit untuk menjabarkan alasan kesiapannya untuk membangun rumah tangga, rencana kehidupan 5 tahun berikutnya, mitigasi ketika ada masalah, dan alasan mengapa kami akan fit-in bersama.

 

Ayah terlihat mengangguk, tidak memotong, tidak melempar challenge seperti yang biasanya dilakukan seakan semua omongan Andhika menjawab yang ia butuhkan, yang dilakukan setelahnya adalah menjabarkan ekspektasi kepada Andhika dan memanggilku dari atas menanyakan kesiapanku.

 

Akhir November 2024

 

Aku memilih duduk di paling belakang, naik mobil, menuju ke Senayan City.

 

Melihat dari pantulan kaca, baju sarimbit yang kami bikin khusus untuk nikahan Dito.

 

Sampai dan kami naik ke paling atas, restoran Remboelan.

 

Aku dan keluarga kecilku disambut oleh keluarga kecil Andhika yang sudah berada di ruang privat. Keluarga Andhika serba batik, keluargaku datang dengan nuansa putih.

 

“Om, perkenalkan ini Papa dan Mama” ujar Andhika, menggunakan batik bermotif sama yang kugunakan.

 

Papa memulai obrolannya, Mama menimpali, Andhika menambahkan.

 

Ayah menyetujui, Ibu merestui, aku pun berterima kasi.

 

Malam itu keluarga kecil kami berkenalan, meresmikan hubungan, dan menentukan tanggal.


Hari Ini Ditulis

 

Tidak menyangka momen itu terjadi 8 bulan lalu. Aku melepaskan pandanganku dari layar hp dan memandang keluar, melihat indahnya cahaya daerah Kuningan dari flyover yang kulewati, tersenyum kecil, lengkap sudah rasanya.


Love, me

xoxo


ree

コメント


  • YouTube - Grey Circle
  • Twitter - Grey Circle
  • Instagram - Grey Circle
  • TikTok
  • LinkedIn - Grey Circle
bottom of page