top of page

GRS Project: Mengenal dan Memulai Kembali


Ketika orang memilih untuk mengharapkan tombol replay, pause atau rewind dalam hidupnya.

Gue selalu akan memilih tombol edit, di mana gue bisa terus mengupdate kehidupan gue menjadi lebih baik dari sebelumnya

 

Saat itu gue memilih naik bis Transjakarta. Beberapa waktu ini emang naik transportasi umum prioritas gue karena rasanya senang aja mengamati orang. Busway menuntut gue untuk lebih banyak jalan jadi banyak berpikir, banyak ketemu orang juga jadi buat gue makin bersyukur sama apa yang gue punya. Gue juga sudah berhenti menggunakan earphone di transportasi umum apapun terutama ojek, karena senang aja menikmati suara sekitar mulai dari orang ngobrol, bunyi starteran motor, atau sekedar denger mobil ngebut di samping. Siapa yang tau bahwa kemampuan mendengar kita bisa diambil kapanpun dengan cara yang nggak terduga, jadi rasanya nikmat aja ada di momen itu.

Sembari berdiri berpegangan pada tiang di bis Transjakarta, terdengar obrolan dua kaka kaka pegawai di sebelah, mendiskusikan bagaimana mereka mengharapkan ada tombol rewind dan replay di hidupnya. Harapannya untuk mengulang kembali kehidupan mereka, menyesali apa yang terjadi atau bahkan ingin selalu mengulang momen bahagia itu. Gue cuma tersenyum.

Kalau aja di hidup ini diberi pilihan sebuah tombol seperti di komputer, di mana orang bisa melakukan sesuatu sesuai fungsi tombol itu gue pasti akan selalu memilih - dan memang selalu mengagumi kehadiran tombol Edit, makanya gue selalu lega kalau ada fungsi edit di segala jenis media. Untuk gue, hidup gaperlu diputar terus menerus, nggak perlu diulang, nggak perlu juga berusaha ilangin memori dengan menghapus semua yang pernah ada. Yang terpenting adalah untuk punya kesempatan menyempurnakannya.

Seperti caption di Instagram contohnya, gue bisa menuliskan caption dalam bahasa inggris yang salah tapi ketika sudah di post dan dibaca-baca lagi dan menemukan kesalahan, gue diberi kesempatan untuk memperbaiki itu.

Sama dengan apa yang gue buat saat ini. Rangkaian tulisan dalam sebuah personal blog.

Blog pertama yang gue punya itu ya blogspot, buat blog dari zaman Raditya Dika belum sengetop itu. Buat blog awalnya karena tugas mata pelajaran TIK di SMP (shoutout untuk pak Naga) akhirnya mendorong gue untuk terus menulis. Dulu nama blog gue kerap berganti, sempat ceritaichauels.blogspot.com lalu ichauels lalu jadi ichauel. Beberapa temen gue pun ada yang sudah mengikuti blog gue dari blogspot, dan beberapa kali kerap menanyakan update dari post gue. Lewat blog ini juga yang membuat seorang cowok menaruh hati sama gue. Baca siapa cowok itu di sini.

Gue sudah lupa gimana tampilan blog pada awalnya, tapi terus gue belajar untuk mulai mempermak beberapa warna di blogspot dan mulai belajar membuat sub menu. Akhirnya tampilannya cukup cantik (untuk gue). Dan gue juga mulai menggunakan GRS Project saat itu dengan logo lama gue. Logo GRS Project yang berwarna kuning, biru dan hijau. Banyak yang bilang norak, tapi menurut gue itu sangat menggambarkan personality gue. Saat itu ada Charles Erbianco yang membantu gue membuat logo itu, saat itu Charles juga baru mulai belajar design belum se-master sekarang, cek portfolio dia di sini.

Sebenernya berat melepas logo itu, karena walaupun banyak yang bilang tidak professional, gue merasa sangat lekat dengan personality gue. Momennya juga berharga, karena proses pembuatan itu waktu gue masih di Inggris dan Charles di Indonesia. Tapi seperti yang gue bilang, tombol edit di hidup ini emang perlu dipilih untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi. Bukan menghilangkan, hanya menggantinya dengan lebih baik.

Setelah beberapa waktu, gue memutuskan untuk meninggalkan blogspot karena keterbatasan kemampuan gue dalam bergerak mengubah tata letak. Akhirnya gue pindah ke web provider lain yang super memudahkan gue untuk merancang tampilan yang gue mau. Sebagai orang yang suka nulis, ya pasti gue ingin tulisan gue dibaca dan tentunya membuat orang lain juga nyaman membacanya.

Akhirnya setelah menghabiskan beberapa waktu gue bersikukuh dengan tombol edit untuk tampilan web ini, terlalu gelisah dan disibukkan dengan bentuk font, pemilihan warna, dan tata letak hingga memakan waktu 4 kali ganti tampilan secara keseluruhan lalu gue inget sesuatu. Pada akhirnya tombol edit ini harus kembali di save untuk bisa dinikmati banyak orang. Edit memang perlu untuk menyempurnakan apa yang sudah kita lakukan, tapi membiarkan itu terus dalam mode edit cuma akan membuat yang kita lakuin sia-sia.

Setelah benar-benar menentukan yang gue mau, berdiskusi dengan banyak pihak dan melibatkan ratusan referensi gue berani mengenalkan rumah baru gue. Akhirnya jadilah GRS Project yang baru dengan tampilan yang baru juga.

Gue gak mungkin berpikiran seterbuka dan bisa membuat tampilan site ini dengan proper tanpa masukan dari orang-orang ini, jadi izinkan gue mengapreasiasi mereka.

Di barisan pertama tentu ada Charles, orang yang memang kadar ilmu soal keseniannya lebih tinggi dari gue. Perspektifnya dari segi cowok, orang yang punya kesukaan beda banget sama gue sehingga dapat dipastikan netral, cara pikirnya yang kritis dan cara penyampaiannya yang cuek membuat gue selalu berlabuh soal pendapat desain pertama ke dia. Yang kedua, ada Jojo yang sama juga ke-cuek-an nya dalam memberikan pendapat. Yang ketiga masih Pratama yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan "bagusan A atau B. Kenapa?" bahkan di tengah kencan malam minggu dengan gebetannya, mantap.

Untuk penyempurnaan logo, gue juga berterima kasih dengan Dinko, Nito, dan Catra yang bersedia gue kasih beberapa pilihan dengan model yang hampir sama tapi masih setia menjawab dengan sabar tanpa ngoceh "apa bedanya cuy?!". Untuk urusan font, gue percayakan pendapat dari front engineer kantor gue, Fawwaz. Sementara untuk keseluruhan tata letak dan kenyamanan UX, ada Cita, Finda, Dea, dan Kiki yang bersedia memberi masukan. Untuk penyempurnaan copywriting dalam bahasa inggris, ada Sarah yang rela membantu satu- persatu bagian. Dan terakhir, untuk rekomendasi penulisan konten sendiri gue banyak dapat masukan dari Mentari, Sadida, Echa, dan juga Cita.

Terima kasih tak terhingga untuk mereka yang sudah membantu mewujudkan rumah gue menjadi tempat terbaik bagi pembaca gue. Walaupun lebih sering pertanyaan "lah lo design mulu, kapan kontennya di isi?" haha iya gue juga suka mempertanyakan hal yang sama. Kekhawatiran gue sama desain dan UX malah mengurangi waktu yang bisa gue manfaatkan menulis konten.

Tapi pada dasarnya, GRS Project adalah rumah yang pengen juga gue hadirkan untuk diri gue sendiri. Di mana gue bisa menyampaikan apa yang buat gue tak tersampaikan, mengemukakan pendapat gue yang mungkin kerap meronta di otak gue untuk dikeluarkan, dan tentu aja menuliskan pengalaman gue menikmati sesuatu yang harapannya bisa berguna atau informatif lah buat orang lain.

Saat ini beberapa post terdahulu memang gue simpan rapih di rak meori pribadi gue, karena gue ingin mencoba memulai dengan sesuatu yang baru dan cara yang baru.

Maaf kalau memang mencari tentang post lama gue. Tapi gue harap kelak, postingan gue yang kedepannya juga punya tempat yang sama atau bahkan lebih di hati lo.

Tentu aja ini bukan garis akhir dari fitur edit di hidup gue, kali ini gue biarkan save untuk sementara dan meninggalkan untuk melihat seberapa baik ini bekerja. Selayaknya iOs dan android, mungkin akan selalu ada update di quarter selanjutnya. Tapi mari kita save dan publish dulu untuk saat ini.

Semoga kamu suka. Dan kalau kamu punya masukan atau ada yang ingin disampaikan, kenapa enggak? Tinggalin pesan kamu di sini. I'll be happy to read it.

Sekarang, gue mau turun dari busway dulu ya. Doakan mbak-mbak pegawai tadi bisa mendapat kesempatan sesuai yang mereka harapkan, atau seenggaknya diberi kesempatan untuk menjadi lebih baik di hidupnya.

Salam hombimba,

Graisa

xoxo

bottom of page